Senin, 30 Mei 2011

Problematika Dakwah Thullabiyah (mentoring)

dakwatuna.com – Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji hanya milik Allah Robb Yang Menciptakan alam semesta beserta segala isinya, mengaturnya sehingga semua berjalan sesuai tuntunanNya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Teladan ummat manusia sepanjang masa, Dialah Rasulullah Muhammad saw. Seorang manusia yang Allah tunjuk sebagai penutup para nabi, seorang manusia terbaik yang dengan amal-amalnya menjadikan beliau sebagai manusia terbaik sepanjang masa, yang dengan arahan terbaiknya telah mendidik dan menjadikan para sahabat sebagai sebaik-baik ummat.
Hari ini problematika  dakwah secara umum semakin besar baik internal maupun eksternal, begitu pula beragam problematika yang harus dihadapi oleh kami sebagai bagian dari  aktivis dakwah thullaby/sekolah (ADS). Oleh karena itu, kami aktivis dakwah sekolah (ADS) dituntut untuk mempersiapkan diri dengan segala perbekalan yang kami butuhkan agar dapat melalui rintangan dan tantangan yang datang menghadang. Allah swt berfirman:” Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. Al Anfal: 60).
Perbekalan-perbekalan yang kami butuhkan tidak hanya yang bersifat materi, tapi yang bersifat non-materi terkadang menjadi perbekalan yang terbaik ketika materi tidak lagi mampu menerobos tantangan tersebut, sejarah pernah mengajarkan kepada kami kisah tentang Ashhabu al ghoor, bagaimana ketika tenaga tiga orang pemuda tidak mampu menggeser batu yang menutupi pintu gua, ternyata doa merekalah yang membuat Allah kemudian memerintahkan supaya batu tersebut bergeser sehingga ketiga pemuda bisa keluar dari gua dengan selamat.
Kami menyadari dengan sepenuh hati, bahwa sebelum kami mempersiapkan diri dengan perbekalan yang terbaik guna menempuh jalan dakwah ini, kami harus mengetahui problematika apa saja yang akan kami hadapi.
Di dalam buku ini kami akan mencoba mengupas berbagai problematika yang dihadapi dakwah sekolah, selain itu juga kami akan menawarkan beberapa solusi untuk menyelesaikan bermacam problematika yang terjadi dalam lingkup dakwah sekolah, sekaligus kami akan mencoba memberikan gambaran tentang alur umum pembinaan dakwah sekolah beserta beberapa kelengkapan-kelengkapannya sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan yang berjuang melalui dakwah sekolah. Semoga melalui buku ini penulis dapat memberikan sumbangsih meskipun sedikit bagi dunia dakwah thulabiyah.
Terakhir, penulis menyadari bahwa masih terlalu banyak kekurangan di sana-sini sehingga kami sangat mengharapkan kritikan, saran, dan masukan yang membangun agar ke depan kami dapat meningkatkan kualitas dengan lebih baik lagi.
Wallahu a’lam bishshowwab.
Berikut ini adalah beberapa problematika dakwah thullaby yang kami hadapi sebagai Aktivis Dakwah Sekolah (ADS):
I. Problematika  internal:
1. Individu
Sebelum kami memulai dari yang lain, maka kami berupaya untuk terlebih dahulu memulai mengerti dan memahami problematika yang berasal dari diri kami sendiri, sehingga kami dapat memperbaiki diri kami kemudian memperbaiki orang lain, karena kami yakin orang lain tidak mungkin mengikuti perkataan kita tanpa melihat sendiri bahwa kita telah membuktikan apa yang kami katakan. Kami berlindung dari kemurkaan Allah swt apabila kami hanya sanggup mengatakan kebaikan sedangkan kami sendiri tidak melakukan amal kebaikan tersebut, sebagaimana firmanNya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Amat besar kemurkaan di sisi Allah bagi siapa saja yang mengatakan apa-apa yang tidak mereka kerjakan”(Q.S. AshShaff:2-3). Tantangan yang biasanya mengganggu diri kami antara lain:

Sabtu, 21 Mei 2011

LKL(Latihan Kepemimpinan Lanjutan) 2011 in Memory with Remaja Masjid Roudlotul 'Ilmi


Bismillahirrahmanirrahim..
Saya ingin sedikit menulis tentang LKL tahun 2011 ini. Mungkin ini agak telat. Tapi nggak papa, untuk mengenang jasa para panitia LKL beserta kru ulul albab yang berpartisipasi  fisik maupun batin.


"LKL.. cahaya hati mencari remaser sejati"


Apa tujuan LKL? Mengapa harus ada LKL, padahal sudah ada LKA?
Pertanyaan diatas telah saya sampaikan ke beberapa panitia LKL, demisioner  dan ulul albab. Inilah jawaban mereka:
1. Mas Ainul Yaqin: tujuan LKL ya untuk mengenalkan  lebih jauh ke remasnya.kenapa harus ada LKL? Karena di remas itu nggak ada peraturan yang mengikat. Remas itu butuh hi-loyality. Jadi untuk membuat itu, LKA aja nggak cukup.
2. Mbak Aulia Baratuzzakiyah: namanya aja LKL, latihan kepemimpinan lanjutan. Maksudnya buat benar-benar nyiapin+membekali adek-adek biar siap menjadi pengurus. Kalo LKA kan Cuma buat istilahnya memperkenalkan, ini lho remas itu.
3. Mas Muhammad Iqbal: ibarat orang yang menanam padi, nggak bisa langsung dimasukkan tanah(kalau bisapun hasilnya nggak maksimal). Harus disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam. Kenapa harus disemai? Padahal dari pabriknya sudah diberi obat-obatan. Meski sudah ada obatnya pun, belum tentu bibit padi tadi bisa bisa menyesuaikan dengan kondisi taah sawah yang lebih keras daripada tanah laboratorium.

Senin, 16 Mei 2011

10 muwassofat tarbiyah

10 Muwasofat merupakan ciri-ciri utama pembinaan seorang kader dakwah.  Berkata Iman Hassan Al-Banna ketika melalui marhalah ini  'Wajib ke atas setiap muslim memulakan dengan memperbaiki dirinya, kesempurnaan itu dapat dilihat bila ia telah dapat memiliki beberapa perkara yang meletakkan ia di peringkat tertentu yang menjadikan ia mampu untuk memikul tanggungjawab amal Islami'.  Berikut merupakan sedikit pendetailan terhadap 10 Muwasofat.


1. Akidah yang sejahtera (Salimul Aqidah)
  • Redha Allah sebagai tuhan, Islam sebagai Agama dan Muhammad saw sebagai Nabi.
  • Sentiasa muraqabah Allah dan mengingati akhirat, memperbanyakkan nawafil dan zikir.
  • Menjaga kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.

Pendetailan Ciri:
1.      Tidak menjampi kecuali dgn al-Quran yg maĆ¢€™thur
2.      Tidak berhubung dengan Jin
3.      Tidak meminta bantuan dari orang yg meminta bantuan jin
4.      Tidak menenung nasib
5.      Tidak mendekati tukang tilik

Takut

 Dan sekali lagi aku melihatnya. Pemandangan yang tak asing bagiku. Mereka dengan kesibukannya. Keluar rumah, singgah dalam waktu yang cukup lama. Awal waktu aku merasa kesal. Seenaknya saja mereka meninggalkan kami berempat, aku dengan 3 adikku. Sebagai sulung, tangung jawabku besar terhadap mereka. Kesalahan besar jika aku tidak bisa mengayomi mereka dengan baik. Kesalahan besar jika aku menelantarkan mereka, tanpa makan, bekal sekolah, dan membiarkan mereka tidak bebersih diri. Namun aku masih tidak dapat memenuhi tugasku sebagai apa yang Dia berikan kepadaku. Jiwa kekanak-kanakan masih melekat pada diriku. Aku masih belum bisa bersikap dewasa.
            Suatu saat, ketika kami diberi kesempatan untuk sarapanpagi bersama.
Ibu berkata, “wah, rambut ibu warnanya udah kayak abu-abu gini ya. Hitam campur putih.”

Aku Masih Ingat

aku masih ingat. Ingat sekali. Saat itu, dia, sosok dengan perawakan sederhana, yang menumbuhkan benih semangat dalam diriku.
Dia, dengan kepandaiannya dalam bertutur kata, rangkaian kalimatnya laksana kobaran api yang menyambar jiwa.
Dia, dengan kecemerlangannya. mengajarkanku banyak hal. Dari hal kecil seperti cara berpakaian, sampai hal yang cukup besar, yaitu tentang makna dakwah. Dakwah, ya, aku mulai tertarik dengan satu kata ini saat membaca pesan singkatnya pada telepon genggamku.

Hari itu,
Aku:"idolamu siapa?"
Dia:"(menyebutkan salah satu tokoh dunia), kalau kamu?"
Aku:"ibnu sina."
Dia:"cita-citamu apa?"
Aku:"dokter dong, kayak ibnu sina. Kamu?"
Dia:"hm,, (berpikir) aku besok jadi apapun gapapa. Mau jadi guru, petani, atau tukang baksopun gapapa, asal aku bisa berdakwah."
Aku lemas dibuatnya. Betapa kecilnya diriku. Betapa sempitnya pemikiranku.

Kini, Allah ciptakan setting perpisahan pada skenario kehidupanku dan kehidupannya. Aku mulai belajar untuk mencicipi kata mujarabnya. Perlahan aku terjun kedalamnya.
-to be continue