Senin, 16 Mei 2011

10 muwassofat tarbiyah

10 Muwasofat merupakan ciri-ciri utama pembinaan seorang kader dakwah.  Berkata Iman Hassan Al-Banna ketika melalui marhalah ini  'Wajib ke atas setiap muslim memulakan dengan memperbaiki dirinya, kesempurnaan itu dapat dilihat bila ia telah dapat memiliki beberapa perkara yang meletakkan ia di peringkat tertentu yang menjadikan ia mampu untuk memikul tanggungjawab amal Islami'.  Berikut merupakan sedikit pendetailan terhadap 10 Muwasofat.


1. Akidah yang sejahtera (Salimul Aqidah)
  • Redha Allah sebagai tuhan, Islam sebagai Agama dan Muhammad saw sebagai Nabi.
  • Sentiasa muraqabah Allah dan mengingati akhirat, memperbanyakkan nawafil dan zikir.
  • Menjaga kebersihan hati, bertaubat, istighfar, menjauhi dosa dan syubhat.

Pendetailan Ciri:
1.      Tidak menjampi kecuali dgn al-Quran yg ma’thur
2.      Tidak berhubung dengan Jin
3.      Tidak meminta bantuan dari orang yg meminta bantuan jin
4.      Tidak menenung nasib
5.      Tidak mendekati tukang tilik

Takut

 Dan sekali lagi aku melihatnya. Pemandangan yang tak asing bagiku. Mereka dengan kesibukannya. Keluar rumah, singgah dalam waktu yang cukup lama. Awal waktu aku merasa kesal. Seenaknya saja mereka meninggalkan kami berempat, aku dengan 3 adikku. Sebagai sulung, tangung jawabku besar terhadap mereka. Kesalahan besar jika aku tidak bisa mengayomi mereka dengan baik. Kesalahan besar jika aku menelantarkan mereka, tanpa makan, bekal sekolah, dan membiarkan mereka tidak bebersih diri. Namun aku masih tidak dapat memenuhi tugasku sebagai apa yang Dia berikan kepadaku. Jiwa kekanak-kanakan masih melekat pada diriku. Aku masih belum bisa bersikap dewasa.
            Suatu saat, ketika kami diberi kesempatan untuk sarapanpagi bersama.
Ibu berkata, “wah, rambut ibu warnanya udah kayak abu-abu gini ya. Hitam campur putih.”

Aku Masih Ingat

aku masih ingat. Ingat sekali. Saat itu, dia, sosok dengan perawakan sederhana, yang menumbuhkan benih semangat dalam diriku.
Dia, dengan kepandaiannya dalam bertutur kata, rangkaian kalimatnya laksana kobaran api yang menyambar jiwa.
Dia, dengan kecemerlangannya. mengajarkanku banyak hal. Dari hal kecil seperti cara berpakaian, sampai hal yang cukup besar, yaitu tentang makna dakwah. Dakwah, ya, aku mulai tertarik dengan satu kata ini saat membaca pesan singkatnya pada telepon genggamku.

Hari itu,
Aku:"idolamu siapa?"
Dia:"(menyebutkan salah satu tokoh dunia), kalau kamu?"
Aku:"ibnu sina."
Dia:"cita-citamu apa?"
Aku:"dokter dong, kayak ibnu sina. Kamu?"
Dia:"hm,, (berpikir) aku besok jadi apapun gapapa. Mau jadi guru, petani, atau tukang baksopun gapapa, asal aku bisa berdakwah."
Aku lemas dibuatnya. Betapa kecilnya diriku. Betapa sempitnya pemikiranku.

Kini, Allah ciptakan setting perpisahan pada skenario kehidupanku dan kehidupannya. Aku mulai belajar untuk mencicipi kata mujarabnya. Perlahan aku terjun kedalamnya.
-to be continue