Senin, 07 Januari 2013

Cinta?



                Banyak orang berpendapat mengenai cinta. Filosofis beramai-ramai mengartikannya. Para penulis, cerpenis, novelis, pula pujangga kelas atas hingga bawahpun sibuk mengangkatnya untuk menjadi sebuah kisah.  Namun lain halnya dengan remaja, justru mereka tidak kunjung henti mencatat sejarah mengenai dirinya dan cinta.

Dalam kamus yang terdapat dalam akal dan hayalku, cinta tidak hanya sekedar perasaan suka kita terhadap sesuatu.  Namun cinta adalah kemauan kita untuk menghadapi sesuatu. Kau mencintainya, maka kau akan rela melakukan apapun untuknya. Begitupula sebaliknya. Kau rela, ikhlas, setulus hati memberi apa yang diinginkannya, maka kau akan mencintanya. Itulah kemauan. Begitupula cinta.

Bicara mengenai cinta mengingatkanku pada sosok yang telah mencatat sejarah tentangnya. Tidak perlu berbicara mengenai Ainun dan Habibi yang belakangan ini sejarahnya telah laris di pasaran. Atau Romeo dan Juliet, romansa manis berujung pahit yang menjadikannya sebagai Bapak dan Ibu dari cinta itu sendiri.

Namun tentang Zahra, gadis yang beberapa tahun lalu hatinya tertambatkan pada seorang pria. Ialah Fatih dengan pesonanya yang mampu menaklukkan Zahra. Zahra yang berperangai baik, lugu dan sederhana. Zahra mengenalnya melalui media massa. Perkenalan yang tidak terlalu baik. Namun lambat laun mereka semakin dekat dan cintapun saling terungkap. Mereka memutuskan untuk bertatap muka, berbagi kisah dan berbagi kemesraan. Larangan ia peroleh dari berbagai pihak. Kekhawatiran pihak keluarga dan sahabat mulai nampak. Namun apa daya, cinta telah berbicara dan iapun memutuskan untuk menanggapinya. Sampai suatu ketika. Hari dimana, mungkin, ia mengingatnya dengan begitu jelas. Hari dimana ia memutuskan untuk melepaskan kehormatannya sebagai seorang wanita. Ya hari itulah merah cinta yang dimilikinya menjadi berwarna kelabu. Hari itu, setelah kejadian di hari itu menyesalkah ia? Jawabannya adalah tidak. Ia tidak menyesal, bahkan ia mengulanginya di lain hari. Hingga beberapa kali. Menyesalkah ia? Jawabannya kembali tidak. Karena segumpal darah tumbuh dalam rahimnya dan ia bersama Fatih bersepakat untuk meluruhkannya sebelum ia berubah menjadi janin. Apa yang terjadi kemudian? Sayang kisah cinta ini berakhir menyakitkan untuk Zahra seorang. Fatih meninggalkannya setelah apa yang telah ia perbuat terhadap Zahra. Bagaimana dengan Zahra? Ia sedang menikmati rasa sakitnya seorang diri dan tengah mengejar lelaki lain yang tidak bukan adalah teman dekat Fatih.

Seperti itulah cinta. Sebuah kesepakatan seseorang antara diri dan hatinya.