Minggu, 30 Oktober 2011

Pohon Beringn

POHON BERINGIN

Dengannya terasa aman
Hati kan nyaman
Penat jadikan ringan

Pohon beringin
Kami menyentuhnya, ingin
Berteduh padanya, dingin

Bergelantungan akar
Mampu menggenggamnya, agar
Kuatkan sekitar


dearest bundokita-bundo Ira Wiranti tercinta :)

Tapak Suci

      Ada yang tidak nyaman dengan kehadiranku. Ada yang membenci keberadaanku. Karenanya, mereka menginjakku dengan sepatu. Mungkin tak ubahnya aku adalah balok membosankan berwarna abu-abu yang berukuran 30x30x10 cm3. Di letakkan di pelataran depan tempat wudhu. Cat kuning putih dengan kata “suci” terpampang besar di atas tubuhku. Itulah perhiasanku.
                Merekalah yang memberi perhiasan itu di atas tubuhku. Mereka, sekumpulan manusia yang begitu peduli dengan balok sepele seperti diriku. Senang sekali ketika mereka memandikanku, menggosokku dengan sabun “wings biru” andalan mereka. Walau mungkin momen itu dilakukan beberapa minggu sekali ketika di adakannya kerja bakti masal. Ingin rasanya aku meminnta agar mereka lebih sering memandikanku. Tapi pekerjaan mereka tidak hanya satu, memandikan balok membosankan seperti diriku. Mereka membawa amanah dari sana-sini.

Tersenyumlah di Jalan Dakwah Ini! :)

artikel ini cukup ganas, tadinya saya yang ngerasa sedih dan galau dengan segala tuntutan2 kewajiban, setelah baca artikel ini, jadi bisa senyum lagi. selamat membaca :)


Nada dering Handphoneku berbunyi. Sebuah SMS dari seorang sahabat.

“Saat senyuman tak terbalas, maka Allah telah menghitung manis senyummu. Saat sapamu tidak terjawab, Allah takkan lupa atas apa yang kau katakan. Saat ajakanmu dalam kebaikan tidak terpenuhi,
lelahmu akan menjadi hiasan di tamanNya. Saat engkau menangis atas perihnya perjuanganmu, Allah tak lalai menghitung setiap tetes air matamu. Saat mereka meninggalkanmu, Allah akan selalu ada bersamamu! Jangan hanya mengharapkan perubahan dalam dakwah ini, Akh! Fikirkanlah tentang KONTRIBUSI yang dapat kita berikan. Semoga Allah senantiasa mencintaimu.”

Subhanallah. Hatiku bergetar membacanya. Memang, jalan dakwah adalah panjang, berliku, menanjak, dan penuh onak duri. Seperti itulah dakwah. Namun ketika kita ikhlas menjalaninya, dakwah itu akan menjadi indah. Meminjam ucapan Ustadz Rahmat Abdullah, “Seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta.