Selasa, 10 Januari 2012

MBOKIR (Mbolang Sambil Dzikir) with REMAS RU




Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakutuh

Apa kabar remaser? Apa kabar liburan kalian? Semoga masih tetap diberi semangat dan barokah oleh-Nya. Allahumma aamiin.


Kurang dari satu bulan yang lalu kita telah menghadapi masa evaluasi belajar kita di semester ganjil. Bagaimana? Bagaimana hasil belajar kalian di semester satu ini? Jika baik, maka berusahalah untuk mempertahankan. Jika kurang baik, maka..

Jangan bersedih, oh kawanku
Remas masih ada disini
Semua pasti kan berlalu
Remas kan slalu bersamamu
(edcoustic-jangan bersedih).

Yap, jangan sedih, wahai saudaraku. Masih ada waktu untuk memperbaikinya lagi. Keep HAMASAH :))

Seusai UAS, mbak kita tercinta, mbak Ira Wiranti mengajak kita untuk me-refresh pikiran kita, guna mengembalikan semngat juang kita sebagai Remaja Pecinta Masjid. Lalu bagaimana kelanjutan kisah mbokir kita? Simak terus kisahnya.



Pagi itu, Senin, 26 Desember 2011, masjid Roudlotul Ilmi cukup ramai oleh peserta mbokir. Sebuah bus mini dan angkot hitam-kuning sudah bertengger di depan gerbang SMA Negeri 1 Gresik. Persiapan kami sepertinya sudah cukup matang, namun semua peserta belum berkumpul. Ngaret, mengapa yang satu ini menjadi kebiasaan buruk? Yang awalnya jadwal kita berangkat pukul 07.00, berkat ngaret, setngah jam kemudian barulah kita berangkat.




Tak lupa berdo'a agar di beri keselamatan oleh Allah SWT, bus dan angkot melaju melalui tol Surabaya menuju Pondok Pesantren Al-Fitroh Kedinding. Perjalanan yang lama terasa cepat karena pihak bus memutarkan lagu-lagu Hadrah kebanggan kita.








Satu setengah jam kemudian, tibalah kami di Pondok Pesantren Al-Fitroh, untuk ziarah ke makam Kyai Rori. Suasana makam yang awalnya sepi, menjadi ramai. Rombongan Smansa duduk di tempat dekat makam. Arena pondok tak seramai biasanya, namun beberapa santri masih asik menikmati liburannya di pondok untuk bermain bola.




  Setelah ziarah, kami lanjutkan perjalanan menuju Lamongan, untuk ziarah ke makam Sunan Drajat. Kompleks pemakaman tidak banyak berubah. Jumlah pengemis di kompleks pemakaman-pun tidak berubah. Tetap seperti sediakala. Mereka bergerombol disekitar pedagang uang receh (pedagang yan bekerja untuk menukarkan uang receh). Ketika peziarah mendatangi pedagang uang receh, para pengemis segera mendekat pada peziarah terebut. Entah apakah ini merupakan sebuah startegi yag telah direncanakan sebelumnya atau memang begitulah trik mereka. Yang terpenting adalah syukur kita karena rezeki telah Allah berikan tanpa harus bersusah payah untuk mengemis sekeping receh.



Sebagian dari kemi yang sedang berhalangan, mencoba untuk masuk ke dalam musium Sunan Drajat. Sebuah bedug besar menyambut pendatang musium. Di dalam musium tersebut terdapat barang-barag peninggalan Sunan Drajat. Seperti Al-Qur'an, kain batik, kursi goyang dan lain sebagainya. Usai berziarah kami melanjutkan perjalanan ke Tuban, menuju makam Sunan Bonanng.


  Sepertinya ada yang baru di kompleks makam ini. Ya, satu tahun yang lalu kompleks pemakaman Sunan Bonang belumdi beri ubin di sekitarnya. Namun sekarang ubin coklat muda telah di pasang di sekeliling makam Sunan Bonang. Mungkin karena faktor jumlah peziarah yang kian meningkat.


  Adzan Ashar berkumandang, segera kami transit di Masjid Agung Tuban untuk jama' ta'khir Dzuhur-Ashar. Lokasi masjid tidak jauh dari pemakaman. Hanya butuh jalan kaki beberapa meter saja kita akan sampai di masjid tersebut.  Maha Suci Allah, masjid ini terlihat begitu indah, lebih indah dari satu tahun yang lalu. Bukan karena arsitektur maupun perpaduan warna kulitnya, namun karena cuaca hari ini lebih baik dari satu tahun yang lalu.



  Keindahan dan kemegahan masjid ini menarik banyak perhatian wisatawan. Aksi narsis yang tak terlupakan. Seusai shalat kita berfoto-foto ria di depan masjid cantik ini. Setelah puas, kami kembali ke tempat parkir bus. Sebagian besar menggunakan angkot, beberapa kembali dengan becak.


  Tujuan akhir kita, unknown beach. Pantai yang entah apa namanya, yang jelas pantainya bagus, hehe. Sesuatu terjadi ketika bus menuju ke pantai. Sopir yang awalnya mengatakan bahwa beliau tau lokasi pantai tersebut, ternyata beliau membawa kami ke tempat yang salah. Ya, pantai yang berbeda. Cukup panik, mbak Ira segera menghubungi pemegang jarkom pihak angkot. Pak Supir yang agak bingung di minta untuk kembali ke tempat parkir bus. Mas Najib dan Mas Sulthon di minta untuk menjemput kita di tempat parkir bus. Setelah menunggu cukup lama dan was-was, merekapun tiba. Akhirnya berangkatlah kita menuju uknown beach.

 Luasnya hamparan samudera biru tak berujung
Membuat rasa kagum dalam hati sanubari
Berarak awan putih, dibatas cakrawala
Pendarkan cahaya mentari
Camar yang beterbangan, ditemani sang angin
Meniupkan kesejukan, di sela pepohonan

Suara ombak laut yang memecah di pantai
Berdebur gemuruh menyanyikan lagu damai
Melambai nyiur hijau, di sepanjang tepian
Menjadi saksi setia
Keagungan Ilahi kebesaran tercipta
Dijaga disyukuri, selama-lamanya

Di pantai terasa damai, bebas, lepas, tak terbatas
Memandang mahakarya, yang tak akan ternilai harganya
Terbetik di jiwa, Allah yang mencipta segalanya
Sangat luar biasa Puji syukur pada-Nya
(Shaff-Fix_Pantai Suatu Maha Karya)

  Mahasuci Engkau Ya Rabb. Mempertemukan kami, melukis senyum pada bibir kami, menghadirkan canda tawa di tengah duka lara kami. Rabbi, hanya padaMu lah. Hanya karenaMu. OlehMu. Hanya Kau lah yang mampu menyatukan dan memisahkan kami.

Rabbi, izinkanlah persahabatan kami utuh dan tak terbatas oleh waktu. Allahumma Aamiin.

Tidak ada komentar: